Kehidupan dunia bersifat fana dan semu.
Kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan setelah mati, yakni akhirat (QS
Al-An'am: 33). Sayangnya, banyak manusia yang lupa atau bahkan melupakan diri.
Mereka mengabaikan tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Allah (QS Adzdzariyat: 56).
Mereka mengabaikan tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Allah (QS Adzdzariyat: 56).
Perkembangan zaman yang semakin maju tidak
diiringi oleh peningkatan iman kepada-Nya. Geliat perekonomian yang semakin
berkembang justru memalingkan perhatian manusia untuk lebih mencari harta,
bahkan mendewakannya. Our God is dollar, itulah sekiranya yang mereka pahami.
Di lain sisi, terdapat sebagian kaum Muslim
yang terjebak pada ibadah ritual semata dan cenderung meninggalkan perkara
duniawi. Sepanjang hidupnya dihabiskan untuk beribadah dengan cara mengasingkan
diri (uzlah) dari masyarakat dan berbagai cara lainnya.
Sesungguhnya, setiap Muslim hendaknya
menyeimbangkan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Allah SWT berfirman,
"Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, janganlah kamu melupakan bagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan." (Alqashash: 77).
Ayat di atas merupakan nasihat Nabi Musa
terhadap Qarun, seorang kaya raya pada zaman Nabi Musa. Allah telah memberinya
harta yang berlimpah ruah sehingga dibutuhkan beberapa orang kuat untuk
mengangkat kunci-kunci gudang hartanya (QS Alqashash: 76). Namun, kekayaannya
itu malah menjauhkan dirinya dari Allah. Ia sombong seraya menyatakan bahwa
kekayaannya tersebut merupakan hasil kepandaiannya. Ia menyangka bahwa Allah memberinya
segala kekayaan tersebut karena Allah mengetahui bahwa dia adalah pemilik harta
tersebut (QS Alqashash: 78).
Nasihat di atas berseru kepada umat manusia
untuk mencari kehidupan akhirat (surga) dengan menggunakan segala nikmat yang
Allah berikan, baik berupa harta, waktu luang, masa muda, kesehatan, maupun
umur yang panjang.
Dunia merupakan ladang akhirat. Siapa yang
menanam kebaikan akan memanen kebaikan pula. Namun, Allah juga mengingatkan
untuk tidak melalaikan kehidupan duniawi, seperti makan, minum, bekerja, dan
memberi nafkah keluarga.
Ibnu Umar mengungkapkan, "Bekerja
keraslah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya dan berbuatlah untuk
akhiratmu seakan-akan kamu meninggal esok hari”.
Dari pernyataan diatas ,dapat kita simpulkan
bahwa perilaku orang yang menyeimbangkan kehidupan di dunia adalah sebagai
berikut:
1. Selalu ingat akan kehidupan akhirat
2. Mencari kebahagian dengan halal
3. Selalu berbuat baik kepada sesama manusia
4. Menjaga kelestarian lingkungan hidup
5. Tidak melalaikan kehidupan-kehidupan duniawi
seperti makan, minum, bekerja, dan memberi nafkah keluarga.
Dan dapat kita simpulkan bahwa perilaku-perilaku
orang yang menyeimbangkan kehidupan di akhirat adalah sebagai berikut:
1
1. Selalu
ingat dan peduli akan kehidupan dunia
2. Pandai membagi waktu untuk beribadah kepada
Allah SWT
3. Mencari kehidupan akhirat (surga) dengan
menggunakan segala nikmat yang Allah berikan, baik berupa harta, waktu luang,
masa muda, kesehatan,maupun
umur yang panjang
4. Pandai bersosialisasi dengan baik kepada
sesama manusia
5. Selalu berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan
hidup di dunia maupun akhirat,baik berupa materi dan hati nurani
Nice job
BalasHapus🙂🙂🙂🙂
BalasHapusMari kita saling mengingatkan.Allahu Robbana.
BalasHapus